Berkah taubat sangat banyak. Ini salah satu kisah “kecil” dari kemuliaan orang-orang yang bertaubat.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Orang yang bertaubat itu sangat dicintai Allah, bahkan Allah lebih senang kepada orang yang taubat melebihi orang yang kehilangan seluruh bekal beserta kendaraannya di tengah padang pasir yang luas. Insya Allah akan kami kisahkan tentang hal ini.
Kisah ini sangat mirip dengan kisah umat Nabi Musa yang bertaubat, dan langsung Allah turunkan hujan dengan berkah taubat orang itu. Selengkapnya baca di : https://www.mqnaswa.id/kelembutan-allah-pada-pendosa-yang-mencegah-hujan/
Kisah kali ini terjadi pada masa Sayidina Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anh. Beliau adalah sahabat Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang terkenal pemberani dan paling keras. Saking beraninya, beliau siap menghadapi malaikat munkar nakir ketika ditanya oleh Rasulullah. Tentu hal itu lahir karena keyakinannya yang sangat mantap akan ajaran dan pendidikan dari Maha Gurunya, yakni Sayidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Kisah kisah tentang ‘Umar bin Khattab di : https://www.mqnaswa.id/mencambuk-bumi-menyurati-sungai/ dan https://www.mqnaswa.id/menahan-letusan-gunung-kanjeng-nabi-sayidina-umar-dan-habib-mundzir/
Namun sifat keras beliau pun, tak urung menjadi “momok” bagi siapa pun yang masih suka melanggar aturan. Di antaranya, seorang pemuda yang suka minum minuman keras (khamr / arak). Sejak dulu memang minuman khamr masih menjadi kesukaan, bahkan oleh umat Islam. Na’udzu billah.
Iblis menggoda manusia untuk kejahatan apa saja, tapi jika manusia tidak bisa digoda untuk melakukan kejahatan apa pun, maka sudah cukup, jika manusia terjerumus dalam minum khamar/ arak. Mengapa ? Karena ia disebut ummul khoba-its, induk dari keburukan keburukan. Sebab arak menutup akal, tidak bisa membedakan baik dan salah, membuat malas berbuat baik, bahkan dengan sebab arak mudah sekali manusia terjerumus dalam dosa dosa lainnya. Keributan, perkelahian, pemerkosaan yang biadab, dan semuanya. Pantas jika disebut “arak adalah ibu dari semua kejahatan”.
Maka sayidina Umar sangat tegas untuk menghukum cambuk siapa saja yang masih mengkonsumsi minuman yang diharamkan ini. Dan kini si pemuda itu dalam ketakutan yang sangat dahsyat. Dia sedang membawa botol arak. Tidak jauh di depannya, berjalan menuju ke arahnya, Sayidina ‘Umar bin Khattab. Ngeri sekali jika ia membayangkan Cambukan ‘Umar. Ibarat pepatah mengatakan, “Cambuk Umar lebih Menggetarkan daripada Pedang Hajjaj”. Hajjaj adalah seorang panglima perang yang berdarah dingin. Meski begitu, tetap ia memiliki kemuliaan dan jasa yang besar pada abad abad pengembangan agama Islam.
Baca di antara jasa Hajjaj di : https://islam.nu.or.id/post/read/78061/ini-pilihan-metode-untuk-khatamkan-al-quran
Mental si pemdua itu sudah jatuh. Bayangan hukuman dari ‘Umar membuat jiwanya menyerah. Tapi, imannya masih ada dalam hati. Relung hati kecilnya masih memiliki keyakinan kepada Allah. Ia masih berprasangka baik kepada Allah. Ia pun berdo’a :
“Ya Allah, selamatkanlah hamba dari cambukan ‘Umar. Jika Engkau menyelamatkan hamba, hamba sungguh sungguh akan meninggalkan kebiasaan buruk hamba ini. Hamba malu jika dicambuk di hadapan keluarga dan orang-orang yang mengenal hamba. Tolonglah selamatkan hamba, hamba bertaubat kepadaMu”.
Entah do’a itu lahir karena keputusasaan atau lahir dari kesungguhan hati yang terdalam, tapi Allah tetaplah Allah. Ia Maha Lembut. Ia “Maha Gembira” ketika hambaNya ingin bertaubat, meninggalkan perbuatan haram dan kembali mendekat padaNya.
Maka Umar bertanya, “Hai pemuda, mengapa wajahmu tampak gelisah ketika akan berpapasan denganku. Apakah kamu baru melakukan kejahatan ?”
“Tidak wahai ‘Umar?”
“Jika tidak mengapa engkau gelisah ? Tidak ada yang menggelisahkan hati kecuali perbuatan buruk dan dosa. Apa itu yang engkau bawa ?”
Meski agak tergeragap, pemuda itu spontan menjawab, “Cuka”
“Coba kulihat” pinta ‘Umar dengan wibawa yang tidak mungkin dihadapi pemuda itu. Dia hanya pasrah.
Kemudian ‘Umar memeriksa botol itu dan isinya memang cuka. Mustahil ? tidak ada yang mustahil di hadapan Allah ‘azza wajalla. Gunung pun akan menjadi emas jika Dia menghendakinya, bukankah tawaran Allah kepada Kanjeng Nabi itu masyhur sangat terkenal?
Dari sini kita semakin menghayati betapa lembutnya Allah, betapa senangnya Allah kepada hambanya yang mau bertaubat, dan kita mengetahui tingginya derajat orang yang sungguh-sungguh bertaubat. Sampai keinginannya yang seolah mustahil pun bisa terjadi. Karena dikatakan, “Orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak pernah berdosa”.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Ahad Legi, 8 September 2019 M / 8 Muharram 1441 H
Wawan Setiawan
Sumber : Tuhfatul Asyraf Habib Muhammad Hadi Assaqaf