Pengajian Kitab Tajul ‘Arus Bagian Keenam tentang Menjadi Bagian dari Keluarga Nabi
Bismillahir rahmaanir rahiim
Dalam kitab Kayifatus Saja syarah Safinatun Naja, dijelaskan bahwa pengerti “keluarga Nabi” maksudnya adalah seluruh kaum beriman. Maka semakin kaum beriman mengikuti (mutaba’ah) kepada Nabi maka semakin besarlah ia menjadi bagian dari Nabi. Semakin dekat dengan beliau dalam “kekeluargaan”.
Ya, mutaba’ah adalah caranya. Perhatikanlah ketika Allah ta’ala berfirman menceritakan ucapan Nabi Ibrahim ‘Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam, QS. Ibrahim/14 : 36 :
فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَإِنَّهٗ مِنِّيْ
“Maka barangsiapa mengikuti aku, ia adalah bagian dari diriku”
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa orang yang menjadi bagian dari (golongan) Nabi Ibrahim ‘Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam adalah orang yang mutaba’ah kepada beliau. Sedangkan orang yang tidak mutaba’ah kepada beliau, maka tidak termasuk bagian dari golongan beliau.
Dan jika mutaba’ah itu tidak ada, maka menjadi jauh bahkan terputuslah hubungan. Perhatikanlah, Allah ta’ala berfirman, menceritakan dialong antara Nabi Nuh Ibrahim ‘Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam dengan Allah ‘Azza Wajalla : QS. Hud/11 : 45-46 :
فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِيْ مِنْ أَهْلِى
Maka Nuh berkata, “Ya Robbi, sesungguhnya anakku (Kan’an) adalah termasuk ahli (keluarga)ku”
Maka Allah menjawab perkataan Nabi Nuh itu, Allah ta’ala berfirman :
قَالَ يَانُوْحُ إِنّهٗ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكْ إِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ
“Alla ta’ala berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia (Kan’an) itu bukan bagian dari keluargamu. Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik”.
Sebagaimana kita ketahui, salah seorang putera Nabi Nuh Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam yang bernama Kan’an tidak mau mengikuti, bahkan menentang sang ayah. Iya tak mau mengimani Allah sehingga ia termasuk dalam kaum yang ditenggelamkan.
Ketika Nabi Nuh berdo’a untuk keselamatan anaknya, karena Allah telah berjanji kepadanya, Allah akan menyelamatkan “ahli / keluarga” nya, Allah menjawab bahwa anaknya itu bukanlah ahlinya.
Semakin dalamlah pemahaman kita bahwa dari ayat ayat di atas bahwa, “mutaba’ah itu menjadikan orang yang mengikuti itu menjadi bagian dari orang yang diikuti, meskipun ia adalah orang lain”. Sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam. Sedangkan orang yang tidak mengikuti, maka ia terlepas dan terputus meskipun ia adalah keluarga/ putera dan ayahnya, sebagaimana pada hikayat Nuh Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam.
Hal ini dikuatkan oleh ucapan Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tentang Sayidina Salman radhiyallahu ‘anh. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
سَلْمَانُ مِنَّا أَهْلُ الْبَيْتِ
Salman itu termasuk ahlul bait
Sayidina Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anh adalah orang Persia (Iran), bukanlah keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahkan sangat jauh dari Arab, tetapi karena mutaba’ah, Sayidina Salman sungguh-sungguh mengikuti Kanjeng Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka beliau bersabda tentang Sayidina Salman seperti itu. “Salman adalah termasuk Ahli bait (keluarga) ku”.
Al-Qur’an banyak sekali mencontohkan hal seperti itu. Isteri Nabi Luth Alaihi wa ‘alaa Nabiyinas salam. Ia tidak termasuk dalam keluarga Nabi Luth meskipun ia adalah isteri sang Nabi. Fir’aun, suami dari Sayidah Asiyah radhiyallahu ‘anhaa. Sayidah Asiyah bukan termasuk ahli (keluarga) Fir’aun, meski fir’aun adalah suaminya.
Dan yang terdekat dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah paman beliau, Abdul ‘Uzza, atau yang kita kenal dengan Abu Lahab. Ia tidak termasuk dalam ahli bait (keluarga) Nabi meskipun ia paman kandung. Malah Sayidina Salman radhiyallahu ‘anh yang orang lain dimasukkan Allah ta’ala menjadi ahli bait Rasul.
Demikian itu untuk mengajarkan kepada kita bahwa mutaba’ah itulah yang menjadi kunci, bukan hubungan darah/ kekerabatan. Jadi mutaba’ah itu menetapkan ittishal (ketersambungan), dan tidak adanya mutabaah menetapkan infishal (keterputusan).
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Sabtu Pon, 24 November 2018 M/ 16 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
One Reply to “Cara untuk Menjadi Bagian dari Keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi…”