Tatsbit artinya kemantapan yang diberikan Allah kepada hati manusia. Inilah penjelasannya. Pengajian Kitab Tanbihul Ghafilin bagian ke-26. Bab Dahsyatnya Siksa Kubur.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Allah ta’ala berfirman : QS. Ibrahim/14 : 27
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَةِ
llah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
Barra bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, “Jika seorang muslim ditanya (malaikat Munkar Nakir) dalam kuburnya lalu ia bersaksi “Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu wa rosuululh” itulah makna firman “Allah akan memantapkan orang orang yang beriman dengan ucapan yang mantap dalam kehidupan dunia dan akhirat”
Bagi orang yang beriman, mukhlis (bersih) dan taat kepada Allah ta’ala, tastbiit (pemberian kemantapan dari Allah) itu dalam 3 (tiga) hal :
Pertama, ketika menghadapi malaikat maut. Kedua, ketika menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Ketiga, Ketika menghadapi pertanyaan hisab (perhitungan) di hari kiamat.
Adapun tatsbit (kemantapan) ketika menghadapi malaikat maut itu ada tiga macam, yakni :
1. Kemantapan itu berupa penjagaan dari Allah agar terhindar dari kekufuran, mendapat taufiq dari Allah agar istiqomah dalam iman / tauhid sampai ruhnya keluar dalam keadaan menetapi Islam.
2. Kemantapan itu berupa pemberian kabar gembira dari malaikat bahwa ia akan mendapatkan rahmat/ kasih sayang Allah ta’ala.
3. Kemantapan itu berupa pembukaan tabir, sehingga ia bisa melihat tempat yang kelak akan diberikan Allah untuknya di syurga.
Adapun tatsbit (kemantapan) ketika di dalam kubur itu ada tiga macam, yakni :
1. Allah mengilhamkan pengajaran sehingga ia bisa menjawab pertanyaan malaikat Munkar Nakir dengan jawaban yang diridhoi Allah ta’ala
2. Allah menghilangkan rasa takut dan gelisah ketika menghadapi pertanyaan Munkar Nakir
3. Allah memperlihatkan tempatnya di surga dari dalam kuburnya, sehingga kuburnya menjadi taman dari taman taman surga.
Adapun tatsbit (kemantapan) ketika hisab pada hari kiamat juga ada tiga macam, yakni :
1. Allah mengilhamkan pengajaran sehingga ia bisa menjawab / memberi hujjah pada pengadilan (hisab)
2. Allah meringankan hisab (perhitungan) untuknya
3. Allah memaafkan kekeliruan dan kesalahan kesalahan yang dilakukannya
Sebagian ulama berpendapat, tatsbit itu bukan hanya sampai di kubur, tatsbit (kemantapan) dari Allah itu pertama ketika menghadapi kematian. Kedua, ketika dalam kubur sehingga menjawab tanpa rasa takut. Ketiga, ketika menghadapi hisab. Keempat ketika berjalan di atas shirath sehingga ia melewatinya seperti kilat yang menyambar.
Terdapat suatu perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai bagaima pertanyaan kubur itu dilakukan. Apakah kepada ruh atau jasad?
Sebagian ulama berpendapat pertanyaan itu dilakukan kepada ruh saja. Sebagian berpendapat ruh masuk ke dalam jasad sampai ke dadanya. Ada yang mengatakan, ruh berada antara jasad dan kafannya. Kesemuanya itu berdasarkan riwayat hadits maupun atsar (ucapan sahabat).
Maka yang benar adalah hendaknya setiap manusia menetapkan / meyakini akan kebenaran adanya pertanyaan kubur dan tidak perlu sibuk mempersoalkan (kaifiyah) tata cara pertanyaan itu dilakukan. Kita berkata, “Allah yang Maha Tahu bagaimana itu akan terjadi, dan kita akan menyaksikannya dengan jelas jika kita sudah berada di sana”.
Jika ada orang yang mengingkari adanya pertanyaan Munkar Nakir ini, pasti keingkarannya itu didasarkan pada dua hal :
Pertama, Sesunggunya hal ini (pertanyaan Munkar Nakir) tidak masuk akal. Orang sudah meninggal, jika ruhnya masuk lagi, berarti dia hidup lagi, kenyataannya tidak. Ia tetap mati. Lagi pula hal itu tidak sesuai dengan tabi’at (sifat dasar) manusia.
Kedua, memang pertanyaan Munkar Nakir tersebut bisa saja terjadi, tapi belum ada bukti/ petunjuk yang menguatkannya.
Untuk menjawab keingkaran tersebut, jika dikatakan itu tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan tabiat manusia. Maka perkataan seperti itu sama dengan menafikan kenabian dan mukjizat. Karena para rasul juga manusia, anak keturunan Adam, tabi’at mereka sama dengan manusia lainnya. Tetapi mereka bisa menyaksikan malaikat yang menurunkan wahyu untuk mereka. Terbelahnya lautan untuk Nabi Musa ‘Alaihis salam, tongkat yang berubah menjadi ular untuk Nabi Musa ‘alaihis salam. Semua itu tidak sesuai dengan tabi’at manusia. Maka mengingkari hal ini menyebabkan orang keluar dari Islam.
Jika dikatakan bahwa hal itu belum ada bukti yang menguatkannya. Maka dijawab, sesungguhnya telah diriwayatkan banyak hadits kepada kita yang didalamnya memberikan penjelasan yang banyak dan mencukupi bagi orang yang mendengarnya untuk meyakini bahwa pertanyaan kubur memang ada/ hak.
Dalam firman Allah ta’ala pun terdapat dalil yang menunjukkah hal itu. Allah ta’ala berfirman : QS. Tha-Ha/20 : 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمٰى
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta
Berkata jamaah mufassirin (ahli tafsir yang banyak) bahwa yang dimaksud dengan “ma’iisyatan dlonkan / kehidupan yang sempit” adalah pertanyaan kubur.
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘alamin
Catatan Pengajian PakNas di Musholla Ar-Raudlah MQ. Nasy’atul Wardiyah Bersama Ust. Hambali Ahmad
Kertanegara, Kamis Kliwon, 4 Juli 2019 M / 1 Dzulqo’dah 1440 H
Pengajian sebelumnya : https://www.mqnaswa.id/adzab-kubur-api-keluar-dari-liang-lahat/
Baca juga : http://www.nu.or.id/post/read/51604/percaya-siksa-kubur-dan-rupa-munkar-nakir