Menyumbang 75 Juta Tak Pikir Lama

1 min read

Menyumbang uang sebesar 75 juta adalah salah satu kisah kedermawanan Gus Dur yang diceritakan H. Muhyiddin. Berikut Kisahnya.

Bismillahir rahmaanir rahiim

Sifat utama para kekasih Allah adalah kedermawanan, dan Gus Dur memiliki sifat dermawan yang melebihi dari kebanyakan orang. Salah satu sifat mulia Gus Dur adalah kezuhudannya (tidak terikat hatinya dengan dunia) yang luar biasa. Kesederhanaannya bertolak belakang dengan kehidupan masa kini yang sangat mengagungkan dunia materi. Inilah yang membuatnya mampu bertahan dari berbagai godaan harta maupun tahta, yang seringkali menjerumuskan para aktifis yang menyatakan mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Ini pula yang mendasari sifat dermawan beliau yang luar biasa.

Baca kisah (asal usul) kedermawanan Nabi Ibrahim yang tak mengenal batas di https://www.mqnaswa.id/kedermawanan-2/

Mantan sekretaris jendral PBNU, H. Muhyiddin Arubusman menuturkan, semasa menjadi Ketua Umum, Gus Dur biasa naik angkot atau bajaj dan turun di depan gedung PBNU. Tak ada perasaan gengsi dengan angkutan rakyat itu, karena ia menganggap dirinya bagian dari rakyat. Bandingkan saja dengan perilaku pejabat yang meminta fasilitas mewah, tetapi pengabdiannya kepada rakyat nol besar. Bagi Gus Dur, “Yang penting adalah fungsi, bukan gengsinya”, demikian ujar beliau.

Pernah suatu ketika, sekitar tahun 1990-an, keduanya (H. Muhyiddin dan Gus Dur) mengobrol bersama di gedung PBNU. Saat itu, Gus Dur memegang uang 100 ribu warna merah dan membolakbalikannya. Ini uang terakhir yang dipegangnya. Namun Gus Dur bertutur, “kayaknya ada yang mau datang, mau kasih uang”.

Benar saja, tak lama kemudian ada seseorang yang memberi bantuan Rp. 75 Juta dalam bentuk cek. Uang sebesar itu, bisa untuk berbagai macam kebutuhan PBNU. Tapi, begitu si pemberi bantuan keluar, ternyata ada orang yang menunggu, dia ingin meminta bantuan. Dan nilai bantuan yang diminta jumlahnya sama, Rp. 75 juta. Langsung saja, uang itu berpindah tangan.

“Yang membedakan Gus Dur dengan orang lain, beliau seperti talang, menjadi tempat air mengalir. Sementara kebanyakan orang ibarat kolam, kalau mendapat rezeki diperuntukkan buat dirinya sendiri. Kalau talang selalu bersih. Kalau kolam selalu ada lumutnya, “ tandas H. Muhyiddin memberi perumpaan untuk Gus Dur.

Ia mengaku susah untuk bisa mengikuti Gus Dur. Suatu hari, diajak Gus Dur berkeliling Jakarta. Berangkat dari gedung PBNU shubuh-shubuh. Mereka berputar-putar menghadiri berbagai acara sampai pukul 21.00. Kemudian, malam itu langsung mengantar Gus Dur ke Bandara. Gus Dur akan menuju Surabaya, mengisi berbagai acara esok hari.

Keesokan harinya, Gus Dur menelpon. Ia diminta menemani Gus Dur selama di Surabaya. Tapi H. Muhyiddin meminta izin, kelelahan. Fisiknya sudah tidak kuat. “Mengikuti Gus Dur secara fisik (jasmani) saja sudah tidak mampu, apalagi secara Rohani” aku H. Muhyiddin.

Baca Kisah Gus Dur yang lain : Menebak Usia Mummi (Kisah Humor Gus Dur)

Sumber : Buku Gus Dur Wali (Achmad Mukafi Niam & Syaifullah Amin)

Alhamdulillaahi robbil ‘aalmin

Kertanegara, MQNaswa
Sabtu, 04 Desember 2021

Wawan St

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *