Minta Do’a dari Pemulung adalah salah satu kisah kerendahan hati Gus Dur dan kepekaan batin beliau. Kisah ini diceritakan Nuruddin Hidayat (Udin), berikut lengkapnya.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Gus Dur menghormati siapa saja, tak peduli pangkat dan statusnya. Asalkan orang itu dekat dengan Allah, pasti Gus Dur akan meminta do’a kepada orang itu. Nuruddin Hidayat menuturkan pengalamannya ketika ia diminta Gus Dur untuk mencari pemulung yang menyampaikan salam kepadanya.
Kisah seperti ini banyak dan masyhur. Misalnya kisah Syaikhona Kholil Bangkalan Madura yang dititipi salam dari Rasulullah untuk Khozin, ternyata penampilan beliau (Khozin tersebut) “sangat sederhana” sekali. Silakan Baca di : https://bangkitmedia.com/kisah-rasulullah-titip-salam-kepada-kiai-khozin-buduran-sidoarjo/
Baca Juga : Pesan Rasulullah untuk Imam Ahmad lewat Imam Syafi’i
Udin – panggilan akrab Nuruddin Hidayat – menuturkan. Kisah ini bermula ketika ia berada di sebuah warung dekat Mall Cilandak sekitar tahun 2003. Ketika hendak pergi, ia bertemu dengan seorang pemulung di depat warung tersebut. Seorang bapak tua dengan kerangkang di pundaknya, dan memakai caping di kepalanya.
Dengan tiba-tiba, orang itu memberi salam, “Assalamu’alaikum”
“Saya menjawab, Wa’alaikumus salam”, cerita Udin
Pemulung itu pun lalu bertanya, “Mas dari pesantren Ciganjur ya ?”
Udin mengiyakan. Dalam hati Udinagak heran. Kok tahu saya dari Ciganjur tempatnya Gus Dur. Padahal seingatnya baru pertama kali bertemu dengan orang itu di sini. Udin pun sama sekali tidak memakai atribut yang menunjukkan warga pesantren Ciganjur.
Selanjutnya pemulung itu hanya bilang, “Sampaikan salam saya kepada Gus Dur”.
Udin pun kembali mengiyakan. Tapi sebagai basa basi kesopanan, Udin menanyakan “dari bapak siapa” ?
Kemudian si pemulung mengenalkan dirinya, sebut saja HMZ (nama sebenarnya masih dirahasiakan, karena orang tersebut masih hidup). Karena terburu-buru, dan mengingat yang ingin menyampaikan salam kepada Gus Dur “hanya” seorang pemulung, Udin tidak begitu memerhatikan, dan langsung saja pergi.
Seminggu kemudian, pagi-pagi ketika berolahraga, barulah Udin ingat untuk menyampaikan salam itu kepada Gus Dur.
“Gus, ada salam dari HMZ,” ujar Udin.
“HMZ yang mana ?” tanya Gus Dur.
“HMZ yang pemulung,” jawab Udin.
“Kon rene, lho kuwi sing lagu tak goleki” (Suruh kesini, lho, itu orangnya yang sedang saya cari). Guru menginstruksikan Udin mencari orang itu dan membawanya ke Ciganjur.
udin mengaku kebingungan untuk mencari pemulung tersebut. bagaimana tidak, wong ketemunya saja di jalan (depan warung). Namun, karena mendapat perintah, maka ia terus berusaha mencari, berkeliling dari lapak pemulung ke lapak lainnya.
Alhamdulillah, setelah berusaha keras, sebulan kemudian ia beru bisa menemukan HMZ di daerah Ragunan, tepatnya di Kampung Kandang. Keesokan harinya orang itu diajak untuk bertemu Gus Dur di Ciganjur.
Ketika sampai di Ciganjur, Gus Dur bilang kepada pemulung itu, meminta tolong untuk mendoakan Indonesia. Pemulung itu kemudian membaca do’a dan Gus Dur yang mengaminkan do’anya. Pertemuan pemulung dan Gus Dur hanya sampai di situ dan hanya untuk (meminta) do’a itu. Kemudian Udin mengantarkan HMZ kembali.
Mungkin, Udin sempat terpikir, mencari-cari sampai sebulan, “hanya beberapa menit berdo’a” sudah !. Tapi Ia menyadari, ilmunya tidak sampai bisa memahami batin para ulama seperti Gus Dur. Justeru ia sangat bahagia dan bersyukur, bisa ikut “susah payah” mencari orang, yang Gus Dur sampai perlu bertemu langsung, untuk mendo’akan bangsa Indonesia.
Baca Kisah Gus Dur yang lain : Berkomunikasi dengan Sunan Gunung Jati
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamin.
Sumber : Buku Gus Dur Wali (Achmad Mukafi Niam & Syaifullah Amin)
Kertanegara, MQNaswa
Ahad, 05 Desember 2021
Wawan St.