Perintah dan alasan Ibadah. Mengapa Allah memerintahkan Ibadah, dan apa alasan “mengapa” kita semestinya beribadah kepada Allah ta’ala.
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Perintah beribadah dengan berbagai bentuknya terulang lebih dari 30 kali dalam al-Qur’an (menurut hitungan kami terulang 37 kali). Namun hanya satu ayat yang menyertakan “alasan” mengapa kita harus dan sepantasnya beribadah. Jadi ibadah bukan hanya suatu keharusan, tapi kepantasan. Maksudnya, kalau kita tidak beribadah tu rasanya tidak pantes banget.
Ayat yang dimaksud tersebut, terletak di QS. Al-Baqarah/2 :21, dan ayat ini merupakan ayat pertama yang memerintahkan “beribadahlah”.
Perintah Ibadah.
Mari kita membaca ayat yang dimaksud (QS. Al-Baqarah/2 :21) :
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan dan memelihara kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian selamat. QS. Al-Baqarah/2 :21
Perintah ibadah ditutup dengan redaksi “la’allakum tattaquun”. “la’allakum” artinya “semoga, agar, atau dengan harapan kalian semua”, sedangkan “tattaqqun” artinya “selamat”, menggunakan bentuk fi’il mudlari’ yang berfaidah bahwa “keselamatan itu berlangsung sejak saat ini dan seterusnya”. Jadi “la’allakum tattaquun” bermakna “agar kalian semua mendapat keselamatan, sejak sekarang hingga seterusnya sampi di akhirat yang abadi”.
Dari kalimat / penjelasan tersebut, kita jadi mengerti bahwa segala ibadah yang diperintahkan Allah ta’ala kepada kita pasti memiliki keberkahan, dan kemanfaatan yang akan kembali kepada diri kita sendiri, baik segera (sekarang) di dunia ini, maupun di akhirat nanti. Karena Allah sama sekali tidak membutuhkan apapun, termasuk ibadah dan ketaatan kita, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits :
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا
“Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)
Baca juga Mengatasi Rasa Malas dalam Beribadah
“Alasan” Ibadah.
Pada ayat tersebut juga, Allah mengemukakan “alasan” mengapa kita harus beribadah : yaitu bersyukur kepada Allah. Bersyukur atas apa ?
Pertama, bersyukur bahwa kita diciptakan sebagai manusia. Perhatikanlah kalimat pada ayat di atas, “Hai manusia, beribadahlah kepada Allah, yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu (yakni ayah ibu, kakek nenek terus ke atas, sebagai manusia)”.
Jika kita adalah binatang seperti nyamuk, ular, anjing, babi, tikus dan sebagainya, sama sekali kita tidak wajib (diperintah) untuk beribadah. Namun, jika kita tidak mau beribadah maka “seolah-olah” kita menyamakan diri kita dengan makhluk Allah tersebut, bahkan jadinya lebih rendah lagi, karena kita adalah manusia.
Dari sini kita memahami mengapa dalam Kitab Fiqih dinyatakan bahwa, “Termasuk hewan-hewan yang tidak dimuliakan, yang pertama adalah orang yang meninggalkan sholat (sebagai salah satu ibadah yang benar-benar menggambarkan “penyembahan” kepada Allah ta’ala)”
Kedua, bersyukur bahwa bumi langit dan seisinya ini diciptakan Allah “untuk kita, manusia”. Perhatikan ayat selanjutnya : QS. Al-Baqarah/2 :22 :
اَلَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَآءَ بِنَآءً وَّأَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرَاتٍ رِّزْقًا لَّكُمْ
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu”
Pernyataan Allah dalam ayat tersebut dan dan kenyataan yang terlihat selaras sekali.
Siapakah yang paling banyak menikmati aneka buah, sayuran, tumbuhan yang sangat banyak jumlahnya ? Manusia.
Demikian juga macam binatang, untuk manusia, baik untuk dimakan, atau untuk kendaraan, atau untuk kepentingan lainnya. Semuanya manfaat buat manusia.
Siapa yang bisa memanfaatkan bumi beserta isinya seperti besi, emas, dan lain lain ? manusia
Siapa yang diberi kekuasaan mengambil isi gunung dari panas buminya, batuan, pasir dan lain lain ? manusia.
Siapa yang memakan isi lautan, dari ikan yang paling kecil sampai ikan yang paling besar ? semuanya halal untuk manusia. Bahkan mutiaranya pun silakan diambil untuk perhiasan manusia.
Matahari, bulan, bintang, pun diciptakan “rizqan lakum”, sebagai rizqi untuk kalian, wahai manusia.
Demikian perintah dan alasan ibadah yang disampaikan al-Qur’an. Jadi jika manusia meninggalkan ibadah, rasanya tidak pantas sekali ya,,,,
Baca Juga : Shalat adalah Ibadah Seluruh Makhluk Allah
Wallahu A’lam
Alhamdulillaahi robbil ‘aalmin
Diskusi rutin KopiQU Hangat (Komunitas Pecinta al-Qur’an, Hadits, Ilmu Pengetahuan dan Nasihat), setiap malam Ahad di MQNaswa
Kertanegara, Sabtu Pon, 8 Mei 2022 M / 6 Syawal 1443 H
Wawan St