Bismillahir rahmaanir rahim,
Hanya milik Allah Asma-ul Husna (Nama-nama yang indah), maka bermohonlah kepada Allah dengan menyebut namaNya
Allah, adalah Asmaul Husna yang pertama dan paling utama. Paling Agung dari nama-namaNya yang agung. Sedemikian agungnya sehingga para ulama banyak yang tidak mau memasukkannya dalam Asma-ul Husna. Mengapa?
Karena Allah ta’ala berfirman : QS. Al-A’raf/7 : 180
وَلِلّٰهِ الْأَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى
Allah memiliki nama-nama yang indah
Berarti “Allah” bukan termasuk asma-ul Husna, justru seluruh asma-ul Husna adalah milik Allah.
Tapi menurut sebagian yang lain, Allah adalah salah satu asma-ul Husna. Allah sendiri berfirman seraya menamai diriNya dengan nama “Allah” : QS. Tha-Ha/20 : 14
إِنَّنَيْۤ أَنَا اللهُ لَۤا إِلٰهَ إِلَّۤا أَنَا فَاعْبُدْنِيْ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِيْ
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Ia adalah nama yang teragung, banyak sekali ulama yang menamainya ismul a’dhom (nama teragungNya). Bahkan ayat pertama dalam Al-Qur’an adalah bismillah (dengan menyebut nama Allah). Sebagian mufassir mengatakan, ayat ini bermakna perintah, yakni “Sebutlah nama Allah”. Allah,,, Allah,,,
Guru kita mengatakan bahwa dzikir yang mula mula diajarkan kepada para Nabi adalah dzikir ismudz dzat (dzikir menyebut nama dzat Allah). Allah,,, Allah,,,
Setiap waktu dan pekerjaan kita disunnahkan menyebut namaNya, Bismillah (kumulai dengan menyebut nama Allah,). Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan secara rinci, “Tutuplah pintumu, sebutlah nama Allah, padamkan lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlah nama Allah, rapatkan kendi airmu dan sebutlah nama Allah. Demikian sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika kita menyebut “Ya Allah”, maka yang kita ucapkan itu mencakup semua semua nama-namaNya yang lain. Sedangkan nama-namaNya yang lain menekankan pada sifat sifat tertentu. “ar- Rahman” menekankan pada sifat RahmatNya. Al-Malik menekankan pada sifat KepemilikianNya.
Lafadz “Allah” terulang sebanyak 2.698 kali dalam Al-Qur’an. Lafadz ini bermakna, Dzat yang menguasai seluruh hidup dan kehidupan, Penguasa alam raya, yang di dalam genggamanNya lah segala sesuatu.
أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
Dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenteram
Jika kita menyebut nama “Allah”, maka hati pasti menjadi tenang. Allah meresapkan ketenangan itu ke dalam hati, sehingga ruhani/ jiwa menjadi tenteram dan tentu saja mempengaruhi pada ketenangan jasmani.
Pelajaran dan akhlak yang terkandung dalam nama ini adalah, dengan berdzikir “Ya Allah”, seorang hamba hendaknya dapat memetik kesadaran tentang ta’aluhullah, kesadara bahwa hanya Allah saja pemilik mutlak dari segala sesuatu, hanya Allah saja pengatur yang mutlak atas segala sesautu, hanya Allah saja yang kekuasaanNya mutlak atas segala sesuatu. Semua akan lenyap, hancur dan binasa, hanya Dialah yang wujud abadi.
Adapun doa yang diajarkan para ulama berkait dengan Asma-ul Husna “Ya Allah” adalah :
أَللّٰهُمَّ إِنِّيْۤ أَسْئَلُكَ بِكُلِّ إِسْمٍ هُوَ سَمَّيْتَ بِهٖ نَفْسَكَ, أَوْ أَنْزَلْتَهٗ فِى كِتَابِكَ, أَوْ أَعْطَيْتَهٗ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ, أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهٖ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ, أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْاٰنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ, وَنُوْرَ بَصَرِيْ, وَجَلَۤاءَ غَمِّيْ, وَذِهَابَ حُزْنِيْ وَهَمِّيْ. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلَّمَ.
“Ya Allah, aku bermohon kepadaMu dengan menyebut namaMu, yang engkau namakan DiriMu dengan nama itu, atau Engkau turunkan nama itu dalam kitab suci-Mu, atau Engkau anugerahkan nama itu kepada salah seorang dari hambaMu, atau Engkau rahasiakan ia dalam gaib-Mu. Ya Allah, aku bermohon kiranya Engkau jadikan Al-Qur’an penyejuk hatiku, cahaya mataku, penyingkap keresahanku dan pengusir kesedihan serta kesusahanku. Semoga shalawat salam terlimpah atas junjungan kami, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, bersama keluarga dan para sahabat semuanya”.
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Kertanegara, Ahad Pon, 13 Januari 2019 M / 6 Jumadil Awal 1440 H
Wawan Setiawan
Sumber : Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi