Bedug
Bismillahir rahmanir rahim
Pertanyaan:
Bedug di dalam masjid tidak akan ditemui di negeri Muslim lain selain di Indonesia, mengapa masih dipakai hingga sekarang?
Jawaban:
Masjid Nahdlatul Ulama juga sangat identik dengan Bedug. Permasalahan bedug ini ditemukan penjelasan dari Rais Akbar Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy’ari:
في حكم ضرب الطبل الكبير الذي استمله مسلمو ارض جاواه في مساجدهم للاعلام بدخول الوقت والدعوة إلى الجماعة وهي خشبة كبيرة طويلة جدا ينحث جوفوها نحتا واسعا ويجعل على وجهيها جلد نحو جاموس ويسمر عليها بمسامر كبيرة من خشب تضرب بخشبة صغيرة فيخرج منها صوت دوي… قلت ضرب الطبل المذكور للغرض المذكور مباح نطقت بذلك النقول المذكورة بل هو داخل في البدعة المحمودة.
“Hukum tentang Bedug yang digunakan oleh umat Islam Jawa di masjid-masjid mereka, untuk memberi tahu masuknya waktu shalat dan mengajak berjamaah. Bedug adalah kayu berukuran besar yang sangat panjang, yang di dalamnya diberi lubang yang luas yang kedua tepinya ditutupi semisal kulit kerbau, dipaku dengan beberapa paku bersa yang terbuat dari kayu, kemudian ditabuh dengan kayu kecil, sehingga mengeluarkan suara gemuruh… Saya katakan: Menabuh bedug dengan tujuan di atas adalah boleh, bahkan masuk dalam bid’ah yang terpuji.”
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
______________
⁴¹) Risalah al-Jasus fi Bayani Hukmi an-Naqus 13-14, karya Syaikh Hasyim Asy’ari pendiri NU. Sementara masalah ‘kentongan’ Kiai Hasyim melarangnya, namun Kiai Mas Kumambang Gresik memperbolehkan
Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
______________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Mengenai hukum menggunakan mimbar baca di : https://www.mqnaswa.id/mimbar-atau-podium/