Pengajian Kitab Tajul ‘Arus Bagian ketiga tentang maksiat
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Ketika seorang hamba melakukan dosa/ Kemaksiatan, maka datanglah kegelapan bersama dengan dosa yang dilakukannya itu. Jika kita melakukan dosa, maka bersama dengan itu terjadilah kegelapan menyelimuti diri kita.
Perumpamaan dari maksiat adalah seperti api yang membakar, sedangkan kegelapan adalah asapnya. Syaikh Ibnu Athaillah menamsilkan dosa sebagai api dan api itu ada asapnya. Seperti orang yang membuat perapian di dalam rumah. Misalnya seperti dapur zaman dulu yang masih menggunakan kayu bakar. Atau seperti cerobong asap di rumah rumah negeri bermusim dingin.
Jika orang membuat perapian di dalam rumah selama 70 tahun, pasti engkau akan melihat rumahnya menghitam. Tidak mungkin jika tidak. Demikian juga hati. Ia menjadi hitam dengan melakukan maksiat. Jika seseorang itu bermaksiat, melakukan kedurhakaan terhadap Allah ta’ala, maka masuklah hitam/ kegelapan dalam hatinya. Jika melakukan dosa lagi, gelap/ hitam lagi. Jika terus menerus maka gelap gulita lah hatinya.
Tidak akan bisa bersih hati yang menghitam itu kecuali dengan bertaubat kepada Allah ta’ala. Jadi kehinaan dan kegelapan dan hijab (ketertutupan) itu berhubungan erat dengan maksiat. Ketika engkau bertaubat kepada Allah, maka hilanglah atsar (bekas) dosa dosa tersebut.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَه
At-taa-ibu minadz dzanbi kama laa dzanba lah
“Orang yang bertaubat dari dosa itu seperti orang yang tidak pernah berbuat dosa.
Wallahu A’lam
Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Kertanegara, Jum’at Pahing, 23 November 2018 M/ 15 Rabi’ul Awwal 1440 H
Wawan Setiawan
Bagian Pertama : https://www.mqnaswa.id/ketika-hati-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam-berkabut/
Bagian Kedua : https://www.mqnaswa.id/amalan-syaikh-makinuddin-sehingga-menjadi-wali-abdal/