Kisah Humor dari Gus Dur tentang kehidupan dunia pesantren
Bismillahir rahmaanir rahiim
Dunia pesantren itu dunia yang sangat unik. Ada banyak “kesulitan”, karena harus bangun pagi, tahajjud, menghafal, hingga ro-an (kerja bakti). Tapi nyatanya dunia itu tetap indah bagi para santri, hingga mereka betah di sana tiga tahun, bahkan hingga lebih dari sepuluh tahun. Banyak santri yang tetap bertahan di pondok hingga Pak Kiai sendiri yang “menyuruh pergi”.
Apalagi jika dikenang oleh par alumni, pastilah dunia itu menjadi semakin indah. Karena dunia itu adalah tempat mereka bersama dengan seseorang yang menjadi tambatan hati dunia dan akhirat. pak Kiai.
Tidak salah jika kita mengatakan dunia itu berpusat dalam diri pak Kiai. Beliau adalah orang yang tinggi ilmunya. Dan seringkali punya sifat ngemong yang sangat luar biasa. Bahkan di antara mereka seringkali memperlakukan santri seperti sahabat belaka. Sehingga banyak pula santri yang tidak merasa “pekewuh” (sungkan tapi bukan berarti tidak ta’dhim) kepada Kiai. Apalagi santri santri yang memang wataknya agak bengal. Ini salah satu kisahnya.
Kiai Jamal, bukan nama asli, mengambil ayam santrinya. Lalu dipotong dan dimasak. Sehingga ketika santri hendak memasukkan ayam itu ke kandang jumlahnya kurang. Ia bergegas mencari kesana kemari. Tentu saja tidak ketemu. Lalu ia mengadu kepada kiainya.
“Pak Kiai, ayam saya hilang” Seorang santri melaporkan. Di pesantren tersebut, memang santri diberi modal untuk melakukan kegiatan kreatif yang bernilai ekonomi, seperti beternak ayam dan kambing.
“Oh ya?” jawab kiai Jamal setengah terkejut. “Sudah gak papa. Itu saya baru masak ayam. Beritahu temanmu, nanti kita makan bersama. Tapi yang saya sembelih itu bukan ayammu lho. Itu ayamnya gusti Allah” seloroh Kiai.
Dalam hati santri berkata, “Masa Gusti Allah punya ayam”. Tapi dia diam saja dan memberitahu teman temannya untuk makan bersama sesuai dawuh (perintah) kiai.
Santri ini berpikir, jangan jangan Kiai yang mengambil ayamnya. Hal itu dikuatkan oleh laporan seorang khadim (santri yang bertugas melayani keperluan kiai), bahwa ia memang disuruh mengambil ayam untuk makan bersama.
Santri itu pun sebenarnya mafhum, semua ayam dan kambing di pondok semuanya milik Kiai, karena Kiai lah yang memberi mereka. Mereka hanya disuruh mengurus dan belajar beternak. Tapi tiba tiba sifat usilnya muncul.
Santri itu putar otak. Akhirnya Ia mengajak dan meyakinkan teman teman untuk mendukung misinya. Ia berjanji, jika kiai marah, dia yang akan bertanggung jawab. Maka ketika sedang digembalakan, ia dan teman teman memotong kambing itu dan memasaknya. Lalu memakannya beramai ramai, tidak lupa mereka mengirimkan bagian yang besar ke ndalem (rumah Kiai).
Sore harinya pak Kiai yang melihat kandang kambing heran, karena ada laporan kambingnya kurang satu. Maka ia segera mengumpulkan santri dan menanyai mereka. “Hayo, siapa yang mencuri kambing saya?” Tanya Kiai
Si santri yang mencuri itu pun berkata, “Saya pak Kiai. Tapi yang saya curi bukan kambing pak Kiai, tapi kambing milik Allah. Bukankah semua milik kita adalah milik Allah”. Jawabnya meniru jawaban kiai kemarin. Sementara teman teman yang lain sudah ketakutan.
Pak Kai Jamal menggerutu sambil berkata, ” walaupun milik Allah, tapi jangan besar besar dong,,,”.
Wallahu A’lam.
Alhamdu lillahi robbil ‘alamin
Kertanegara, Senin Legi, 25 Februari 2019 M / 20 Jumadil Akhir 1440 H (repost)
Wawan Setiawan
Sumber : Humor Gus Dur