Masjid dan Sungai

1 min read

Masjid dan Sungai

Masjid dan Sungai

 

(Bagian 1)

Di belakang masjid saya, mengalir sungai. Saya dan mungkin kebanyakan jamaah masjid menyangka bahwa “ga ada urusan masjid dengan sungai, ga ada hubungan”. Maka seringkali ditemukan, masjidnya megah mewah berkilau, sungainya kotor, penuh sampah, jorok !

padahal tidak demikian.

Di dalam kitab kitab ibadah, pelajaran pertama, pasti tentang thoharoh, bersuci, baik bersuci dari najis maupun dari hadats. Kedua duanya menggunakan sarana air.

Artinya :

  1. Setelah seseorang baligh, yang wajib dipahami adalah cara menjaga kesucian lahiriyah. Karena itu adalah syarat mutlak untuk memasuki ibadah seperti sholat dll.
  2. Ibadah dimulai dengan hal hal yang bersifat lahiriah. Jangan buru buru belajar ilmu “tingkat tinggi”, mulailah dari belajar ilmu lahir. Ilmu kebersihan lahir. Cara cebok, cara mandi, cara membersihkan najis, mencuci bajau agar suci dll.
  3. Agama Islam secara tegas menyatakan hubungan ibadah dengan sumber air. Air itu sumber kehidupan. Bahkan menjadi sarana ibadah yang mula mula. Maka menjaga lingkungan, menjaga ketersediaan air adalah bagian terpenting dari ajaran agama juga.

 

Maka sangat aneh, seorang muslim, pulang sholat ashar berjamaah, lalu membuang sampah ke sungai di belakang masjid. Mungkin ia termasuk, yang belum memahami bahwa yang harus “didatangi pertama” adalah “sungai” (baca : sumber air) lebih dulu, baru kemudian kita datang ke masjid.

Sungai adalah lambang kesucian lahiriyah, dan masjid lambang kesucian batiniah.

 

 

(Bagian 2)

Dibelakang masjid kami, mengalir sungai.

Kami menyangka “masjid itu syurga”, dan sungai tidak ada hubungannya,,,

Padahal, gambaran alQur’an tentang syurga adalah, adanya sungai yang mengalir di dalamnya,,,

Ada cerita, di sebuah pedalaman terdapat sungai yang alirannya melewati dua suku. Suatu ketika kedua suku itu bertengkar, menyatakan permusuhan. Suku yang berada di hulu sungai, setiap pagi, menyumpahi air sungai itu. Setiap pagi mereka datang ke sungai dan berkata “Kamu air sungai yang penuh penyakit !, penuh keburukan !”. Air sungai itu mengalir kepada suku yang kedua. Setiap hari mereka menggunakan air yang sudah “berisi sumpah serapah” dari musuhnya. Lama kelamaan, suku kedua ini habis dengan sendirinya. Sungai adalah “mata air syurga” di kehidupan dunia ini.

 

Dalam beberapa kitab ditulis, sungai syurga itu, ada 4 macam : Sungai yang airnya tawar dan segar, sungai susu, sungai arak yang tidak memabukkan, dan sungai madu.

Keempat sungai itu berasal dari kelembutan lafadz, “Bismillaahir rahmaanir rahiim”.

Sungai air bersumber dari “lubang (baca : mata air)” di huruf mim pada lafadz   بسم

sungai susu, dari huruf Ha pada lafadz الله

sungai arak, dari huruf mim pada lafadz الرحمن

dan sungai madu, dari huruf mim pada lafadz الرحيم

 

Jadi, kamu membuang sampah ke sungai, kamu “menyampahi syurgamu”.

 

Pengajian Rutinan Ibu Ibu, Kitab Safinatun Najah

Setiap malam Rabu, Pukul 19.30 – 20.30

di MQNaswa.

Wawan St.

 

Baca juga : https://www.mqnaswa.id/sholawat-tauhid-dan-tujuan-agama/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *