Sanad Thariqah

2 min read

Suluk Dalam Thariqah

Sanad Thariqah

Bismillahirrahmanirrahim

Pertanyaan:

Apa pentingnya sanad dalam Thariqah?

Jawaban:

Semua Thariqah yang Mu’tabarah (diakui keabsahannya) harus memiliki sanad atau mata rantai dzikir yang tersambung hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Salah satu contohnya adalah dzikir Thariqah yang banyak berkembang di lingkungan Nahdliyin.

Sanad Talqin Dzikir tersebut dari Syaikh Mahfudz al-Tarmasi ¹⁴¹), dari gurunya Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syatha, dari gurunya Syaikh Zaini Dahlan, dari gurunya Utsman bin Hasan al-Dimyatji, dari gurunya Muhammad bin Ali al-Syinwani, dari gurunya Abdullah bin Hijazi, (memiliki dua jalur, pertama) dari gurunya Mahmud bin Abu Yazid al-Kurdi, dari gurunya Muhammad bin Salim al-Hifni, (kedua) dari al-Hifni, dari gurunya Mushtofa al-Bakri (wafat 1162 H), dari gurunya Abdulatif al-Halabi, dari gurunya Mushtofa al-Afandi, dari gurunya Ali Qarrah Basya, dari gurunya Ismail al-Jurumi, dari gurunya Umar al-Fuadi, dari gurunya Sya’ban al-Qasthamuni, dari gurunya Khairuddin al-Waqqadi, dari Sultan Afandi (populer dengan Jamal al-Halwati), dari Muhammad bin Bahauddin al-Syairawani, dari gurunya Jalaluddin Yahya al-Bakuri, dari gurunya Shadruddin al-Jayani, dari gurunya Ibrahim al-Zahid al-Kailani, dari gurunya Jamaluddin al-Tibrizi (populer dengan Ibnu Shaidalani), dari gurunya Syihabuddin Muhammad bin Mahmud al-Atiqi al-Syairazi, dari gurunya Ruknuddin Abu Ghanaim Muhammad bin Fadl al-Najjasyi, dari gurunya Quthubuddin Muhammad bij Ahmad al-Abhari, dari gurunya Abu Najib al-Abhari (wafat 563 H), dari gurunya Umar al-Bakri, dari Wajihuddin al-Qadli, dari gurunya Muhammad al-Bakri, dari gurunya Ahmad al-Dainuri, dari gurunya Mamsyad al-Dainuri, dari gurunya Imam Abul Qasim al-Junaid al-Baghdadi (wafat 297 H) dari gurunya Sirri al-Saqathi (wafat 253 H), dari gurunya Abu Mahfudz Ma’ruf al-Karakhi (wafat 200 H), dari gurunya Dawud al-Thai (wafat 165 H), dari gurunya Habib al-Ajami, dari gurunya Hasan al-Bashri (wafat 110 H). Beliau dari sahabat Ali:

عن أمير المؤمنين علي بن أبي طالب كرم الله وجهه انه سأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله دلني على اقرب الطريق الى الله واسهلها وأفضلها عند الله فقال يا علي عليك بمدوامة ذكرالله في الخلوات فقال علي رضي الله عنه هكذا فضيلة الذكر وكل الناس ذاكرون فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم  مه يا علي لا تقوم الساعة و على وجه الأرض من يقول الله الله فقال علي رضي الله عنه كيف أذكر يا رسول الله؟ فقال غمض عينيك واسمع مني ثلاث مرات ثم قل انت وانا اسمع فقال النبي صلى الله عليه وسلم  لا اله الا الله ثلاث مرات مغمضا عينيه رافعا صوته وعلي رضي الله عنه يسمع ثم قال علي لا اله الا الله ثلاث مرات مغمضا عينيه رافعا صوته. ( كذا اورد هذا الحديث العلامة الشنواني في ثبته الدرر السنية نقلا عن ريحان القلوب في التوصل الى المحبوب للشيخ جمال الدين ابي المحاسن يوسف بن عبد الله بن عمر العجمي الكوراني )

“Diriwayatkan dari Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tunjukkan kepadaku jalan yang paling dekat dengan Allah, yang paling mudah dan paling utama di sisi Allah.”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Teruslah kamu berdzikir kepada Allah saat menyendiri.”. Ali berkata: “Yang seperti ini adalah keutamaan dzikir, semua manusia juga berdzikir.”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Bukan begitu, wahai Ali. Kiamat tidak akan terjadi selama di atas bumi ada yang mengucapkan Allah, Allah.”. Ali berkata: “Bagaimana cara saya berdzikir wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Pejamkan kedua matamu dan dengarlah ucapanku tiga kali. Kemudian kamu ucapkan dan aku mendengarkan”. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengucapkan La ilaha illa Allah tiga kali, memejamkan kedua matanya dan mengeraskan suaranya. Ali mendengarkannya. Kemudian Ali mengucapkan La ilaha illa Allah tiga kali, memejamkan kedua matanya dengan suara keras.” (Hadits ini disampaikan oleh al-Syinwani dalam kitabnya al-Durar al-Saniyah, mengutip dari Raihadn al-Qulub fi al-Tawashul ila al-Mahbub, karya Syaikh Jamaluddin Abi al-Mahasin Yusuf bin Abdullah bin Amr al-Ajami al-Kaurani)

Silsilah ini dipertegas lagi oleh ulama Hanafiyah dalam penyebaran kepada para murid-muridnya dan keabsahan sanadnya oleh al-Hafidz al-Suyuthi:

ثم لقن علي الحسن البصري رضي الله عنهما على الصحيح عند أهل السلسلة الأخيار من المحدثين. قال الحافظ  السيوط : الراجع أن البصري أخذ عن علي ومثله عن الضياء المقدسي، ومن المقرر في الأصول أن المثبت مقدم على النافي ثم لقن الحسن البصري حبيبا العجمي وهو لقن داود الطائي وهو لقن معروفا الكرخي وهو لقن سريا السقطي وهو لقن أبا القاسم سيد الطائفتين الجنيد البغدادي ( عجائب الآثار لعبد الرحمن بن الحسن الجبرتي الحنفي – ج ١/ ص ١٧٣ )

“Kemudian Ali menuntun dzikir tersebut tersebut kepada Hasan al-Bashri, berdasarkan pendapat yang sahih menurut ulama ahli silsilah pilihan dari kalangan ahli hadits. Al-Hafidz al-Suyuthi mengatakan:

“Pendapat yang kuat bahwa Hasan al-Bashri mengambil Ali, begitu pula dari Dhiyauddin al-Maqdisi. Dan sebagaimana telah menjadi ketetapan dalam ilmu Ushul: “Sesuatu yang menetapkan didahulukan atas sesuatu yang meniadakan.”. Kemudian Hasan al-Bashri menuntunkan dzikir kepada Habib al-Ajami, ia menuntun dzikir kepada Dawud al-Tha’i, ia menuntun dzikir kepada Ma’ruf al-Karakhi, ia menuntun al-Sari al-Saqathi, ia menuntun dzikir kepada Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi.” (Syaikh Abdurrahman bin Hasan al-Jabrati al-Hanafi, Ajaib al-Atsar, 1/174)

Sanad berikutnya adalah dalam masalah Baiat, Syaikh Mahfudz al-Tarmasy berkata:

واما تلقين الذكر عند المبايعة فهو كما قال الشيخ الشنواني ما رواه الحافظ ابو بكر احمد بن عمرو بن عبد الخالق البزار ( المتوفى سنة ٢٩٢ ) في مسنده ثنا عمر بن الخطاب السجستاني ثتا الحسن بن علي السكوتي ثنا اسماعيل بن عياش عن راشد بن داود عن يعلى بن شداد بن اوس حدثنا ابي شداد بن اوس وعبادة رضي الله عنه حاضر فصدقه وقال قال: بايعنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: فيكم غريب يعني أهل الكتاب، فقلنا: لا يا رسول الله، فأمر بغلق الباب، وقال: ارفعوا أيديكم فقولوا: لا إله إلا الله، فرفعنا أيدينا ساعة، ثم قال: اللهم إنك بعثتني بهذا الكلمة، وأمرتني بها، ووعدتني عليها الجنة، وإنك لا تخلف الميعاد، ثم قال: أبشروا، فإن الله قد غفر لكم.

“Sedangkan Talqin dzikir saat Baiat, sebagaimana disampaikan oleh al-Hafidz Abu Bakar bin Amr bin Abdul Khaliq al-Bazzar (wafat 292 H) dalam Musnadnya, Umar bin Khattab al-Sijistani telah bercerita kepada kami, Hasan bin Ali al-Sakuti telah bercerita kepada kami, Ismail bin Iyasy telah bercerita kepada kami, dari Rasyid bin Dawud, dari Ya’la bin Syaddad bin Aus. Abi Syaddad  bin Aus telah bercerita kepada kami, dihadiri oleh Ubadah dan ia membenarkannya. Ia berkata: “Kaimi berbaiat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bertanya: “Apakah di antara kalian ada orang asing (ahli kitab)?.” Kami menjawab: “Tidak ada, wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh menutup pintu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Angkat tangan kalian, ucapkanlah La ilaha illa Allah.” Lalu Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Ya Allah, Engkau memutuskan dengan kalimat inu. Engkau memerintahkan aku dengan kalimat ini, Engkau menjanjikan Surga bagiku dengannya, dan Engkau tidak akan mengingkari janji.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Berbahagialah, Allah telah mengampuni kalian.” (HR. al-Bazzar) ¹⁴²)

Alhamdulillahirabbil’aalamiin

_______________

¹⁴¹) Sanad silsilah Thariqah ini dicantumkan oleh Syaikh Mahfudz al-Tarmasi dalam kitabnya ‘Kifayatul Mustafid li Ma Ala min al-Asanid’, hal. 46-48. Yang ditelaah oleh ahli hadits Syaikh Yasin al-Fadani.
¹⁴²) Al-Hafidz al-Haitsami mengatakan bahwa para perawinya terpercaya. Namun di bagian lain al-Haitsami mengatakan: “Di dalam sanadnya ada Rasyid bin Dawud, ia dinilai tsiqah banyak ulama, tetapi ada dhaifnya.” (Majma al-Zawaid 1/3 dan 4/366)

Sumber : buku “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”

Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
_______________

Ubaidillah Fadhil Rohman

Kisah Umar bin Khattab berbicara pada Hajar Aswad bisa baca di : https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-umar-bin-khattab-berbicara-pada-hajar-aswad-z2O7x

Baca juga : https://www.mqnaswa.id/suluk-dalam-thariqah/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *