Suluk Dalam Thariqah
Bismillahir rahmanir rahim
Pertanyaan:
Dalam Thariqah ada istilah Suluk, apa maksudnya?
Jawaban:
Dalam ilmu Tasawwuf dan Thariqah ada istilah ‘al-Maaamat’ atau tahalan dan tingkatan yang akan dilalui oleh seseorang untuk mencapai ‘makrifat’ atau mengenal Allah. Perjalanan panjang menuju tujuan tersebut disebut dengan ‘suluk. Berikut penjelasan metode ‘Suluk’ menurut beberapa ulama Tasawwuf yang terdapat dalam kitab masing-masing:
Metode Suluk Imam al-Ghazali : Taubat -> Sabar -> Fakir -> Zuhud (tidak cinta dunia secara berlebihan) -> Tawakkal -> Mahabbah (cinta) -> Makrifat -> Ridho. ¹³⁵)
Metode Suluk Imam al-Thusi : Taubat ->Wara’ (menjauhi syubhat dan haram) -> Zuhud -> Fakir -> Sabar -> Ridho -> Tawakkal -> Makrifat.
Metode Suluk Imam al-Kalabadzi : Taubat -> Zuhud -> Sabar -> Fakir -> Tawadlu -> Taqwa -> Tawakkal -> Ridho -> Mahabbah (cinta) -> Makrifat. ¹³⁶)
Metode Suluk Imam al-Qusyairi : Taubat -> Wara’ -> Zuhud -> Tawakkal -> Ridho. ¹³⁷)
Suluk tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قال من عادى لى وليا فقد آذنته بالحرب، وما تقرب إلي عبدى بشيء أحب إلي مما افترضت عليه، وما يزال عبدى يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التى يبطش بها ورجله التى يمشى بها، وإن سألنى لأعطينه، ولئن استعاذنى لأعيذنه
“Sesungguhnya Allah berfirman (Hadits Qudsi): Barangsiapa yang memusuhi seorang wali maka Aku mengizinkan berperang. Tidak ada seorang hamba yang mendekatkan diri kepadaKu yang lebub Aku cintai daripada hal-hal yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku tiada berhenti mendekatkan diri kepadaKu dengan Ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarnya, penglihatannya, tangan yang dipukulnya, langkah kakinya. Dan jika ia meminta maka sungguh Aku kabulkan, dan jika ia berlindung kepadaKu, niscaya Aku lindungi.” (HR. Bukhari)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
قال الطوفي: هذا الحديث أصل في السلوك إلى الله والوصول إلى معرفته ومحبته وطريقه، إذ المفترضات الباطنة وهي الإيمان والظاهرة وهي لإسلام والمركب منهما وهو الإحسان فيهما كما تضمنه حديث جبريل، والإحسان يتضمن مقامات السالكين من الزهد والإخلاص والراقبة وغيرها، وفي الحديث أيضا أن من أتى بما وجب عليه وتقرب بالنوافل لم يرد دعاؤه لوجود هذ ا الوعد الصادق المؤكد بالقسم
“Ath-Thufi berkata: Hadits ini adalah dalil dasar dalam melakukan suluk (tahapan/jenjang) menuju Allah dan sampai pada makrifat (mengenal) Allah dan mencintainya. Sebab kewajiban-kewajiban batin seperti iman, dan kewajiban-kewajiban fisik yaitu Islam, dan yang tersusun dari keduanya, yaitu Ihsan sebagaimana dalam hadits yang disampaikan dalam kisah Malaikat Jibril. Sementara Ihsan mengandung tahapan-tahapan yang dilalui oleh pelaksana, seperti zuhud, ikhlas, diawasi oleh Allah dan lainnya. Dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa orang yang melakukan ibadah wajib dan mendekatkan diri dengan ibadah sunnah doanya tidak akan ditolak, sebab telah ada janji yang dikuatkan dengan sumpah.” ¹³⁸)
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin
____________________
¹³⁵) Imam al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, Juz 4
¹³⁶) Syaikh Abu Bakar al-Kalabadzi, al-Taarruf li Madzha al-Tasawwuf
¹³⁷) Syaikh al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah
¹³⁸) al-Hafidz Ibnu Hajar, Fathul Bari 18/348
Sumber : buku yang berjudul “Menjawab Amaliyah & Ibadah yang dituduh bid’ah 2”
Penulis : KH. Ma’ruf Khozin
____________________
Ubaidillah Fadhil Rohman
Apa pula hubungan Thariqah dengan Syariah? Benarkah kalau sudah melakukan Thariqah maka sudah tidak perlu syariat lagi? Cek selengkapnya di : https://www.mqnaswa.id/hubungan-thariqah-dengan-syariah/
Baca juga : https://nu.or.id/post/read/48528/laku-suluk-gus-dur